Friday, 23 September 2016

Materi ke - 3 : menulis bisa mengubah

Menulis untuk mengubah
Aku bukan sastrawan. Menulis di blog inipun masih terasa kacau. Sulit menyatakan kata-kata untuk diri sendiri apalagi dunia. Terasa kaku tangan ini mengetik atau menyentuh pulpen. Rasanya ingin tidur saja, pulas, dan bermimpi. Tapi, mengubah dunia dengan menulis? Coba pikirkan lagi.
Sastra di Indonesia bisa dibilang cukup maju. Yang awalnya hanya sekedar tulisan berubah menjadi sebuah film yang akhirnya banyak penulis baru dan muda berdatangan layaknya lebah mencari bunga. Sastra adalah sebuah seni, ya, saya anak seni rupa. Saya akan mengartikan itu sebagai sebuah seni. Maka dari itu bisa disimpulkan, bagaimana seni (Sastra) bisa merubah dunia? Apa mungkin? YA!
Seni itu sebuah wadah pagi para seniman atau kreator. Oiya! Sastrawan juga seniman loh ya. Wadah yang bebas tanpa terakit aturan. Bisa gitu? Ya! Karena para seniman tidak belajar eksak ataupun social, kami belajar menjadi wadah pengumpul aspirasi. Karena itulah kami tidak akan pernah merasa salah atau benar karena kami punya aturan lain dalam dunia ini, yaitu tanpa aturan.
Seni itu sendiri adalah karya, sebuah tulisan yang aku buat sekarang adalah karya, sebuah script film adalah karya, sebuah novel adalah karya, maka pantas seorang penulis disebut seorang seniman. Tulisan-tulisan yang dibuat bisa mengubah pemikiran seseorang. Dengan kata yang komunikatif, tidak berat tidak ringan. Tidak kasar tidak halus. Tulisan yang di buat bisa berbentuk sebuah karya yang “sarcastic” atau sebuah karya yang mengadu domba tanpa melupakan etika dalam menulis.
Banyak penulis yang berhenti di tengah jalan. Padahal idenya sangan menggeleggar. Mereka tak kuat atau kurang mempunyai tujuan yang jelas. Maka, tulisan yang bisa menjadi sebuah karya pengubah dunia malah menjadi draf di komputer penulis itu. Jelasnya, mengubah dunia tidak harus dengan berkoar di depan gedung DPR. Kita bisa menulis. Penulis yang baik adalah penulis yang tahu tempat. 

No comments:

Post a Comment