Friday 30 September 2016

Materi ke - 4 dan 5 (MOCAS): Ekonomi kerakyatan ala Indonesia

Selamat malam semuanya! Jumpa lagi dengan aku... NAFISA! Okey. Ini permulaan yang cukup B aja. Kalian tau kan? B AJA?? Itu loh biasa aja. Bahasa gaul.

Buat memulai semuanya marilah kita senang terlebih dahulu karena ini akan berisi tentang pendapat aku tentang EKONOMI KERAKYATAN ALA INDONESIA! 

Loh?? Ala Indonesia??? Gimana sihh?!!!!
Yaa pastilah ala Indonesia, kan itu negara kita dan pasti punya keunikan sendiri.

Indonesia ini adalah negara dengan usia produktif terbesar se-asia tenggara. Kita bisa menjadi salah satu negara dengan ekonomi paling maju di wilayah asean. Tapi kok kita terpuruk banget??

Pertama, Indonesia yang mempunyai asas demokrasi kerakyatan belum melaksanakan ekonomi berbasis kerakyatan. Dimana, pemerintah pusat sebagai pengendali, masyarakat adalah elemen terpenting dan terlebih lagi asas kekeluargaan. Bagaimana bisa kita negara yang mengatasnamakan kerakyatan tapi tidak memiliki ekonomi yang serupa. Maka itulah point terpuruk kita. Kita hrs mengubah ekonomi milik kita sekarang berbasis kerakyatan agar kehidupan di negara kita saling berkesinambungan antara budaya, politik, dan tentu ekonominya.

Kedua, banyak dari kita kuliah S1 tapi ujung-ujungnya cuman kerja di kantor, di suruh-suruh, kesel sendiri, males sendiri tapi ikhlas aja. Nah! Apa sih yang salah disini? Pola pikir! Sarjana tuh gak boleh cuman jadi pembantu, sarjana tuh jadi orang yang membuka peluang. Membuka sesuatu yang besar untuk indonesia, membuat usaha yang hebat banget. Sayang dong, kuliah capek2 4 tahun tapi hasilnya nihil cmn kerja kantor, mending kalo haji tinggi, belum tentu juga kan?? Pola pikir seorang pemuda pasti memgaju pada tujuan di depan yang keren dan gak main main. Inget, yang nyuruh soekarno proklamasiin indonesia itu pemuda loh. Buat deklarasi kemerdekaan aja pemuda jaman itu sanggup, masa cuman buat peluang, pemuda saat ini gak sanggup? Padahal sudah di kasih kemerdekaan loh.

Ketiga, kita di butakan sejarah gaiz. Aku belajar dari sd sampe sma baru tau ada yang namanya SDI. SDI itu apasih? Sarekat dagang islam. Nah! Pada baru tau kan??? Ya walaupun aku sma itu ipa harusnya sih soal sejarah gak boleh lupa dong. Kan jas merah. Tapi aku baru tau loh sekarang dan ternyata SDI itu adalah sebuah awal baru perekonomian indonesia yang berbasis kerakyatan. Kok bisa? Kok bisa??? Jadi, SDI itu berawal dari seorang pengarjin batik yang sangat mencintai batik sebagai ikon indonesia, untuk membangun itu beliau mengumpulkan beberapa sahabatnya membangun sebuah organisasi yang dapat menaungi anggotanya apalagi di masalah perekonomian. Organisasi ini adalah pembangun perekonomian indonesia yang anggotanya melebihi budi utomo loh. Jadi sebenernya SDI itu adalah awal mula kebangkitan nasional loh. WOW kita di butakan banget yaa... Nah apasih yang harus kita contoh? Banyak banget!!!! Perekonomian yang saling menaungi saling menjaga ikatan dengan baik agar saling membangun sebuah perekonomian. Kekeluargaan itu penting sih.

Intinya untuk membangun sebuah perekonomian ala indonesia ya harus berdasarkan kekeluargaan. Apalagi indonesia ini negara berbudaya dengan ikatan silaturahmi yang kuat. Kekeluargaan bukam hal yang sulit berarti. Maka dari itu, yuk!! Wujudin sebuah perekonomian yang keren banget sampe bikin memgaga para pahlawan nasional!!! Hahhahaa

Friday 23 September 2016

Materi ke - 3 : menulis bisa mengubah

Menulis untuk mengubah
Aku bukan sastrawan. Menulis di blog inipun masih terasa kacau. Sulit menyatakan kata-kata untuk diri sendiri apalagi dunia. Terasa kaku tangan ini mengetik atau menyentuh pulpen. Rasanya ingin tidur saja, pulas, dan bermimpi. Tapi, mengubah dunia dengan menulis? Coba pikirkan lagi.
Sastra di Indonesia bisa dibilang cukup maju. Yang awalnya hanya sekedar tulisan berubah menjadi sebuah film yang akhirnya banyak penulis baru dan muda berdatangan layaknya lebah mencari bunga. Sastra adalah sebuah seni, ya, saya anak seni rupa. Saya akan mengartikan itu sebagai sebuah seni. Maka dari itu bisa disimpulkan, bagaimana seni (Sastra) bisa merubah dunia? Apa mungkin? YA!
Seni itu sebuah wadah pagi para seniman atau kreator. Oiya! Sastrawan juga seniman loh ya. Wadah yang bebas tanpa terakit aturan. Bisa gitu? Ya! Karena para seniman tidak belajar eksak ataupun social, kami belajar menjadi wadah pengumpul aspirasi. Karena itulah kami tidak akan pernah merasa salah atau benar karena kami punya aturan lain dalam dunia ini, yaitu tanpa aturan.
Seni itu sendiri adalah karya, sebuah tulisan yang aku buat sekarang adalah karya, sebuah script film adalah karya, sebuah novel adalah karya, maka pantas seorang penulis disebut seorang seniman. Tulisan-tulisan yang dibuat bisa mengubah pemikiran seseorang. Dengan kata yang komunikatif, tidak berat tidak ringan. Tidak kasar tidak halus. Tulisan yang di buat bisa berbentuk sebuah karya yang “sarcastic” atau sebuah karya yang mengadu domba tanpa melupakan etika dalam menulis.
Banyak penulis yang berhenti di tengah jalan. Padahal idenya sangan menggeleggar. Mereka tak kuat atau kurang mempunyai tujuan yang jelas. Maka, tulisan yang bisa menjadi sebuah karya pengubah dunia malah menjadi draf di komputer penulis itu. Jelasnya, mengubah dunia tidak harus dengan berkoar di depan gedung DPR. Kita bisa menulis. Penulis yang baik adalah penulis yang tahu tempat. 

Materi ke - 2 : Peran Mahasiswa

Peran mahasiswa.
“… Beri aku 10 pemuda, maka akan ku goncangkan dunia!” itulah kata dari proklamator negeri ini Ir. Soekarno. Pemuda adalah bagian penting dari perkembangan negara ini. Kemajuan yang di landaskan pada semangat juang untuk menegakkan keadilan, mempertahankan kemerdekaan, dan menyatukan negeri.
Pemuda adalah sebuah tonggak masa depan. Sebuah tiang yang sedang di bangun dengan fondasi yang bergantung pada material apa yang di raih. Pemuda adalah seorang yang sanggup melawan ketidak adilan, menciptakan peradapan, menegakkan apa yang harus di tegakkan dan lain-lain. Maka, bisa di simpulkan bahwa pemuda adalah jalan menuju sebuah kemajuan bangsa.
Mahasiswa adalah seorang pemuda. Pemuda yang sedang di pupuk, dibina, dan di rawat agar menjadi sebuah pohon yang hebat. Mahasiswa adalah benih-benih kecil yang masih harus di beri “bumbu-bumbu” ajaib agar menjadi pribadi yang luar biasa.
Tentu, sebagai seorang pemuda, mahasiswa harus memiliki peran penting di dalam pembangunan ini. Mahasiswa harus memeliki paradigam yang terbuka. Terbuka akan pendapat, informasi, dan sistematika negeri ini. Mahasiswa harus berdiri sndiri dan teguh dalam pendiriannya. Tidak serta merta merasa kecewa dan “bodo amat” dengan segala sesuatunya. Mahasiswa harus menjadi pribadi yang menyatukan bukan memisahkan.
Sebagai seorang mahasiswa. Tujuan adalah prioritas. Mahasiswa harus menentukan tujuan, jika tidak maka hancur negeri ini! Mahasiswa yang tidak mempunyai tujuan tidak memiliki arahan masa depan yang jelas, bagaimana bisa seorang pemuda atau mahasiswa yang tidak memiliki tujuan yang jelas memimpin negeri ini? Maka negeri ini akan lebih bobrok jika begitu.

Mahasiswa harus beraksi. Pemuda harus goncangkan negeri ini! Jangan hanya ide atau sebuah gagasan melainkan aksi dari gagasan tersebut yang di perhitungkan. Kontribusi untuk masyarakat dan lain-lain menjadi mahasiswa yang bisa membanggakan negeri di luar negeri adalah suatu pencapaian besar.  Karena Indonesia tidak butuh pemuda seperti kalian, para pemuda tanpa tujuan, kami memerlukan pemuda dengan visioner tinggi dan tentu beraksi tanpa basa-basi!